Thursday, April 24, 2008

Bapak Nursalim, Potret Seorang Nelayan Sederhana

Pada hari Sabtu, 19 April 2008, kami mewawancarai seorang nelayan bernama Bapak Nursalim (66) di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Wawancara kami lakukan di rumah Pak Nursalim, rumahnya berukuran 5x3m, semua anggota keluarganya tinggal di rumah itu, dan semua aktivitasnya mulai dari makan, tidur, dan lain-lain ia lakukan di rumah itu. Berikut ini adalah hasil wawancara kami.

Apa pekerjaan Bapak?
Saya bekerja sebagai nelayan di Ujung Krawang, Pulo Karang, selain itu juga jualan minyak tanah.

Kira-kira berapa penghasilan Bapak setiap hari, apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan Bapak dan keluarga?
Dari hasil menangkap ikan dan jualan minyak tanah, kurang lebih dapat Rp 140.000, tapi itu juga tidak tentu, kadang-kadang bisa kurang bisa lebih. Ikan-ikan dan udang hasil tangkapan saya jual ke bos. Yaa cukup ngga cukup harus dicukup-cukupin lah..

Di keluarga Bapak ada berapa orang? Ada yang sudah bekerja?
Anak saya delapan, lima laki-laki dan tiga perempuan. Anak saya tiga orang stress, suka marah-marah, minum-minuman keras. Tapi semuanya bantu cari uang. Cucu saya ada tiga.

Anak Bapak ada yang sekolah?
Tidak. Cuma ada yang kursus di tempat SSVC untuk ikut ujian paket C.

Apakah Bapak menikmati pekerjaan Bapak sekarang ini?

Ya mau diapain lagi, senang ngga senang harus dijalanin. Tapi saya tetap mensyukuri karena masih bisa memberi makan untuk keluarga. Kadang-kadang suka jenuh juga, tapi ya ngga bisa apa-apa.

Dari dulu sudah kerja sebagai nelayan?
Dulu saya pernah mencoba bekerja jadi tukang angkat papan. Jadi dulu saya tinggal di Kalibaru, nelayan di sana dilarang, akhirnya saya pindah ke Cilincing. Tapi ya memang dari dulu pekerjaan saya memang jadi nelayan. Buat saya sih ngga masalah, yang penting bisa kerja dan itu halal.

Suka dukanya menjalani pekerjaan ini apa, Pak?
Sukanya.. Apa yah.. Kalau dapat ikan banyak ya senang. Dukanya ya kalau lagi ngga dapat ikan. Musim sangat berpengaruh juga, seperti sekarang ini kalau melaut ngga dapat apa-apa. Sekarang ini juga saya ngga bisa jualan minyak tanah, minyak tanah lagi kosong di mana-mana.

Kapan Bapak pergi melaut?
Saya melaut sore kalau ngga pagi, biasanya menginap di laut. Pernah kena badai juga jadi harus menginap di pulau.

Ikan hasil tangkapan biasanya buat makan keluarga atau langsung dijual?
Ikannya langsung dijual ke bos, saya ngga pernah makan ikan hasil tangkapan sendiri.

Uang hasil menjual ikan dipakai untuk apa saja, Pak?

Uangnya ya digunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari saja. Asal cukup buat makan saya sudah senang.

Ada cita-cita yang ingin diwujudkan?

Kalau punya modal, sebenarnya saya ingin usaha yang lain. Tapi ya itu nanti kalau punya uang, ngga sekarang.

Demikian hasil wawancara kami dengan Bapak Nursalim. Dari Bapak Nursalim kami dapat belajar banyak. Seorang yang sangat sederhana, tetapi mensyukuri keadaannya.

Devina (6)
Nadia (19)

No comments: