Jumat, 25 April 2008, saya bersama teman saya, Florence mewawancarai penjual masakan padang di daerah Otto Iskandardinata. Sewaktu saya datang, Bapak Sardi sedang melayani seorang pembeli yang ingin membeli masakan Padang. Saya sedikit merasa tidak enak sewaktu ingin mewawancara beliau karena takut mengganggu aktivitasnya. Namun ternyata ia tersenyum sewaktu kami berkata ingin mewawancara beliau.
Bapak Sardi merupakan sesosok pria setengah baya yang sangat sederhana dan murah senyum. Setelah mendengar kisah hidupnya, hati saya sangat terketuk Ia sangat gigih untuk bertahan hidup. Meskipun ia hanya berjualan, dengan penghasilan yang tidak menentu, dan istrinya hanya bekerja sebagai buruh cuci, namun ia tetap berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus. Bahkan anaknya ada yang melanjutkan sampai ke jenjang SMA.
Ia mengaku bahwa penghasilannya dan istrinya seringkali dirasa kekurangan, apalagi setelah bahan-bahan pangan harganya semakin naik sekarang ini. Otomatis keuntungan yang didapat juga akan semakin berkurang. Namun, ia selalu berusaha untuk mencukupi semua kebutuhan istri dan anak-anaknya dengan penghasilan yang pas-pasan tersebut.
Saya jadi merasa berdosa karena saya seringkali merasa kekurangan, dan selalu meminta ini-itu pada orang tua saya. Tetapi setelah mendengar kisah Bapak Sardi, saya jadi tergerak untuk dapat memprioritaskan apa yang menjadi kebutuhan saya dan tidak menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang kurang penting.
Semoga Tuhan selalu memberkati Bapak Sardi dan kita semua :)
Monday, April 28, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment