Friday, April 25, 2008

refleksi: Ia Lebih Dari Seorang Supir

Sekarang tidak ada istilah ”Ia hanya seorang supir” karena setelah melihat pekerjaan pak Ari istilah ini berubah menjadi ”Ia lebih dari seorang supir”. Melihat Pak Ari bukan saja melihat dari pekerjaannya tapi bagaimana ia menjalaninya.

Saya sekarang percaya dengan pepatah ”Ora Et La Bora”. Menurut saya orang yang bekerja tanpa berdoa adalah sombong dan orang yang berdoa tanpa bekerja adalah bodoh. Kita sebagai manusia yang hidup di dunia ini memilikki tanggung jawab untuk mempertahankan hidup kita melalui bekerja. Memang hal-hal yang rohani penting tapi untuk mempertahankan hidup kita perlu mencari uang dengan bekerja.

Apa yang dilakukan oleh seorang Pak Ari bukanlah hobi, iseng-iseng, ataupun sekedar main-main. Yang dilakukan Pak Ari adalah sebuah usaha untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup bukan untuk dirinya sendiri tapi juga untuk istri dan anak-anaknya. Pengorbanan yang diberikan Pak Ari, mengorbankan waktu dan tenaga untuk bekerja bukanlah untuk hal yang sia-sia tetapi untuk mempertahankan hidup keluarganya. Mungkin semua orang memiliki keinginan untuk bekerja di sebuah perusahaan terkemuka menggunakan dasi dan tinggal di perumahan elite. Namun, bagi Pak Ari ia tidak pernah menyesali pekerjaannya saat ini, karena menurutnya pekerjaannya sebagai supir adalah sebuah pekerjaan yang layak dan halal.

Kesederhanaan seorang Pak Ari membuat saya berpikir bahwa tidaklah sesuatu yang harus untuk memilikki sebuah pekerjaan yang memiliki harkat yang tinggi. Menurut saya pekerjaan Pak Arilah yang lebih mulia dibandingkan dengan seorang anggota DPR yang korupsi. Memang jika kita melihat secara materi dua pekerjaan ini tidak bisa dibandingkan. Tapi HALALkah pekerjaan yang merugikan orang lain?? Bahkan pekerjaan ini merugikan sebuah Bangsa..

Menjadi supir pribadi bukanlah sebuah pekerjaan yang bisa dianggap remeh. Bekerja dari pukul 5 pagi hingga 6 malam bukanlah waktu yang singkat dan bukanlah hal yang ringan. Tenaga dan kesungguhan yang ditunjukkan Pak Ari membuat saya semakin menghargai pekerjaan seorang Pak Ari. Saya yakin semua orang benci untuk menunggu. Tapi menunggu adalah hal lumrah bagi seorang supir pribadi seperti Pak Ari. Mengalahkan rasa lelah menunggu adalah perkara yang sulit bagi kita, namun bagi Pak Ari lelah menunggu dalah sebuah usaha untuk bertahan hidup.

Kita hidup di kota Jakarta. Dan kita semua tahu bahwa kota Jakarta penuh dengan kemacetan yang akan selalu ada tiap harinya. Namun kesabaran Pak Ari membuatnya tetap bertahan dengan pekerjaannya saat ini. Ia menghargai pekerjaannya sebagai berkah dari Tuhan, karena kita tahu negara kita sedang marak dengan kasus kemiskinan dan kita tahu berapa angka pengangguran di Indonesia saat ini.

Menjadi seorang supir pribadi tidak membuat Pak Ari menghilangkan cita-citanya. Walaupun saat ini pekerjaannya adalah supir pribadi, ia masih memilikki cita-cita untuk menjadi seorang yang sukses dengan membuka sebuah toko. Saya sangat percaya dengan istilah ”kenyataan datang dari sebuah impian”. Dan saya percaya bahwa dengan suatu kerja keras dan usaha impian seseorang dapat tercapai.

Rasa belum puas yang ditunjukkan pak Ari menurut saya merupakan salah satu tanda bahwa ia memilki keinginan yang besar untuk terus maju dan terus menaikkan taraf hidupnya demi anak dan istrinya.

Pekerjaan adalah hal yang sulit didapat dan terkadang sulit dipertahankan namun dengan suatu keyakinan pekerjaan akan menjadi sebuah berkah dan jadi hal yang menyenangkan.

Sely Nikita XI IPS 2/ 22

No comments: