Segelas Es Podeng di Tengah Terik Sang Surya
Adalah Mustain dan Nisa, sepasang suami istri yang sehari-hari bekerja dengan berjualan aneka makanan dan minuman segar di pojok sebuah deretan kantin pada pusat kota sibuk Jakarta, tepatnya di sebelah gedung kantor pos ibukota. Pasangan yang berasal dari Pamulang, Jawa Tengah ini menjual aneka makanan yang digoreng seperti, nasi, bihun dan kuetiaw goreng. Ada yang digoreng biasa, ada juga yang spesial pakai tambahan telur goreng dan daging. Hmm, membayangkannya saja sudah membuat perut keroncongan seketika. Selain itu, mereka juga menjual aneka jus dan minuman segar, masih ada lagi yang paling istimewa dan digemari para pembeli yaitu es podengnya yang segar. Bapak Mustain mengaku memang ada resep rahasia untuk es podeng yang satu ini sehingga rasanya berbeda dengan rasa es-es yang lain. Ketika kami mencoba untuk mengetahui apa resep rahasianya, bapak berperawakan kurus tinggi tersebut hanya tersenyum misterius. Wah, jadi penasaran.
Bapak Mustain dan Ibu Nisa dikaruniai dua orang anak, yang pertama kelas 3 SD dan bersekolah di kampung mereka, Pamulang. Sedangkan yang kedua berusia 6 tahun dan tinggal bersama mereka di Jakarta. Ibu Nisa lalu dengan ramah menceritakan perjalanan usaha mereka ketika kami bertanya. Mereka (Bapak Mustain dan Ibu Nisa) suadah berkecimpung dalam kegiatan berjualan makanan dan minuman segar ini sejak 7 tahun yang lalu. 6 tahun lamanya berlokasi di sebelah gedung kesenian Jakarta dan 1 tahun terakhir berlokasi di sini. Sebelumnya, Bapak Mustain terlebih dahulu merantau ke Jakarta dan berjualan ayam bakar dan goreng di daerah sekitar hotel Indonesia. Ibu Nisa mengaku, menyewa tempat di lokasi yang lama (gedung kesenian Jakarta) itu lebih murah dan ramai akan pembeli, dibandingkan dengan lokasi yang sekarang (sebelah gedung pos ibukota) selain lebih mahal, juga cenderung sepi pembeli. Padahal hanya berjarak sedikit saja, namun memang, lokasi yang sekarang lebih di pelosok dan lebih terbatas karena kalangan pembelinya hanya dari karyawan kantor pos saja atau murid-murid sekolah sekitar.
Es podeng sebagai minuman yang paling digemari dan diminati oleh para pembeli, awalnya dipilih Bapak Mustain dan Ibu Nisa sebagai salah satu andalan di kiosnya karena belum ada yang berjualan es serupa pada deretan kantin yang ada di sekitar (diferensiasi produk) sehingga tidak heran es tersebut laris. Namun juga tidak mudah perjalanan yang dirintis dan pengalaman melihat keinginan pasar oleh Bapak Mustain dan Ibu Nisa hingga menemukan produk yang pas bagi para konsumennya. Bapak Mustain masih punya satu impian dalam berdagang, yaitu berjualan ayam bakar di tempat ini (yang kami yakini enak dan pasti laris). Selain memiliki pengalaman, Bapak Mustain juga ingin mengambil kesempatan ini karena belum ada kantin yang berjualan ayam bakar. Namun kendala terbesar adalah tidak adanya ruang untuk membakar ayam. Kios yang di tempati Bapak Mustain dan Ibu Nisa begitu kecil dan padat dan bagian depannya langsung berhadapan dengan jalan tempat berseliweran mobil-mobil pos, ya, memang tidak ada ruang lagi kelihatannya.
Setiap harinya Bapak Mustain dan Ibu Nisa datang ke kios tersebut pukul 07.00 pagi dari rumah, lalu tiba di kios pukul 07.30, kemudian berjualan hingga pukul 18.00. Soal urusan sholat, karena di gedung pos terdapat musholla, maka Bapak Mustain dan Ibu Nisa bergantian menjaga kios. Ketika kami bertanya tentang penghasilan, Ibu Nisa tampak malu-malu dan memandang ke arah Bapak Mustain terus, akhirnya Bapak Mustain menjawab kurang lebih Rp 300.000,00 per hari. Kalau ramai, per hari bisa mencapai Rp 500.000,00, tapi kalau sepi bisa dibawah Rp 300.000,00, tambah Ibu Nisa yang akhirnya angkat bicara. Cukupkah uang sejumlah itu untuk bertahan hidup sehari-hari? “Alhamdulillah, cukup.” jawab Ibu Nisa dengan sigap.
Bapak Mustain dan Ibu Nisa juga menceritakan duka pada pekerjaan mereka, jika musim hujan, pembeli sepi, sedangkan di kala musim kemarau lebih ramai. “Tapi ya, kita coba dulu di sini, dikembangkan, Insyaallah makin laris, ha ha ha...”. Juga ada impian mereka yang lain yaitu, sebagai manusia semakin maju dan membuka cabang di perumahan, yang biasanya lebih laku.
Demikianlah wawancara kami dengan Bapak Mustain dan Ibu Nisa, penjual aneka makanan dan minuman segar di pojok sebuah deretan kantin gedung pos ibukota. Selama wawancara mereka bersikap begitu ramah dan tak jarang wawancara terhenti karena mereka sibuk melayani pesanan. Namun hal yang paling mengejutkan adalah, kejelian mereka melihat peluang dalam ketatnya persaingan ibukota serta keuletan mereka untuk bertahan dan terus maju. Siapa sangka, dibalik kesegaran es podeng, terdapat oase kehidupan yang menyadarkan diri untuk terus berjuang dalam padang pasir kehidupan.
***
Claudia XI IPS 2 _05
Yoan Cheniko XI IPS 2 _15
No comments:
Post a Comment